Halaman

It's About me, Chrismanaby

Welcome

Hidup itu sederhana; ambil keputusan, lakukan dan jangan menyesalinya

Senin, 16 Juli 2012

Mengecup Lembut lewat sebuah jawaban

Suatu hari seorang pengusaha kaya melangkahkan kakinya masuk pasar. Tentu saja para pedagang di sana bingung ketika melihat pria berpakaian rapi dan bersepatu mengkilap tersebut tak segan menapaki jalanan pasar yang becek. Ada apa gerangan? Apa yang dicari oleh pengusaha kaya tersebut sehingga ia rela memasuki pasar kumuh seperti itu?

Tak lama setelah menoleh ke sana ke mari, matanya tertuju pada sebuah lapak mungil dan kotor.

"Pak, saya mau beli singkongnya. Berapa 1 kilo?"

"Ehm...aahh...5 ribu..."

"Oke, saya ambil 1 kilo...tolong dibungkus ya pak."

Tanpa basa-basi, pengusaha tersebut mengeluarkan selembar uang 10 ribu dan menyodorkannya kepada si pedagang. "Ambil kembaliannya pak."

"Tapi, nanti bapak rugi. Uangnya kan lebih banyak.."

"Jika saya rugi, berarti bapak yang untung kan?"

"Terima kasih banyak pak."

Dari kisah di atas pasti timbul berbagai pertanyaan dalam benak kita. Mengapa pengusaha itu rela mencari singkong ke dalam pasar yang becek? Mengapa ia tak menyuruh ajudan atau pembantunya saja jika ia memang 'ngidam' singkong? Mengapa ia memberi lebih? Mengapa ini dan kenapa begitu?

Lepas dari semua pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dicari tahu jawabannya, ada sebuah pelajaran menarik dari kisah ini, yaitu jawaban si pengusaha. "Jika saya rugi, berarti bapak yang untung..." Pernahkah Anda memikirkan kalimat mendalam macam ini? Pengusaha itu jelas bisa membuat sang bapak berbesar hati saat menerima uang lebih, tanpa perlu merasa dirinya seperti pengemis atau orang yang patut dikasihani.

Tentu saja akhir kisahnya akan lain bila si pengusaha menjawab, "Ya saya beri lebih karena bapak kan jauh lebih miskin dari saya, maka wajar dong." Mungkin potongan singkong lain (atau sandal jepit) yang akan melayang ke kepala si pengusaha tersebut, jika seandainya ia menjawab sekasar itu.

Belajar dari kisah di atas, kita tahu bahwa setiap jawaban yang kita berikan pada lawan bicara menentukan reaksi selanjutnya. Akankah jawaban itu membuat seseorang marah atau sebaliknya, merasa terhibur? Setiap kita diberi lidah dan mulut dalam jumlah yang sama, namun tak semua menggunakannya dengan cara yang sama baiknya. Bagaimana dengan lidah Anda? Apakah jawaban yang Anda berikan mengecup lembut atau justru menampar harga diri orang lain? Reaksi selanjutnya di tangan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar