Halaman

It's About me, Chrismanaby

Welcome

Hidup itu sederhana; ambil keputusan, lakukan dan jangan menyesalinya

Rabu, 18 Juli 2012

Jakarta FAIR (PRJ)

Jakarta fair









Find the medicine

Akhirnya selesai juga,...
mengemban tugas di hari libur (jaga stand di Pekan Raya Jakarta/ Jakarta Fair)
dan aku dapat oleh-oleh,
jeng jeng,... taraaa... suara serak yang hampir habis
jadi kalo lagi ngomong pasti orang2 bilang "itu suaranya kenapa??? abis konser yaa, serak2 basah gitu.."
dalam hatiku ngomel "serak2 basah gundulmu, gak tau apa kalo mau ngomong biar orang bisa denger tu harus ngotot2"
karena bersuara serak2 nggak jelas itu merugikan, aku nyari2 obat yg bisa mengembalikan suaraku

1. Actifed plus Expectorant
   yang aku beli dari indomaret. pas pertama ngelihat sirupnya q optimis ini pasti sirup yang bagus (mujarab),
   karena harganya lumayan mahal & sirupnya bening2 gimana gitu,hehehee
   Sempat berfikir juga, ini pasti sirup gak pahit, soalnya warnanya orange & mas chris bilang rasanya jeruk.
   dengan PD aku buka mulut lebar2 pas mas chris nyuapin 1 sendok sirupnya dan setelah masuk mulut &     tenggorokan rasanya,.....
   (berbanding terbalik 180 derajat celcius, farenheit, eh tulisannya bener gak yaa?? bodo amat deh,
   yang jelas sirupnya pahit banget). udah minum beberapa hari tapi belum begitu ada perubahan.

2. Yanyan Hanpian
   Permen rasa mint gak jelas gitu, yang aku beli karena terpaksa (abis mbak2 yang jualan buawel banget,
   ywdah beli aja, itung2 buat pelega tenggorokan). Dan beberapa kali makan permennya juga nggak terlalu berpengaruh,
   suaraku tetep aja masih kayak kaset tape yang pitanya ruwet&kusut.

3. Hebral Aloe Concentrate
   Kalo ini nggak beli, tapi dikasih sama mbak Yenita. mungkin dia stress kali denger suara aku kayak bebek,
   jadi di suruh minum deh itu ramuan. pas pertama minum rasanya kayak minum racun,
   coba bayangin aja tenggorokan lagi radang terus minum cairan berasa cuka (hooeekkk...)
   demi kebaikan si tenggorokan akhirnya aku minum juga 3 botol, eh maksud aku 3 tutup botol.
   hasilnya, masih sama aja (gubraakkkk), tapi besokannya suara aku udah mulai mendingan,
   kalo sebelumnya itu tiap ngomong musti sedikit ngotot & ada sebagian kata2 yang hilang (contoh : berapa jadi b..rp..)
   kalo sekarang udah lengkap, tp msh belum 100%.

Buat temen2 yang sedang mengalami apa yang aku alami (uhuk uhuk,.. sok care)
boleh dicoba tuh beberapa alternatif pengobatan versi ku, siapa tau cocok ^_^

Senin, 16 Juli 2012

Semangat is,.....

Semangat itu adalah,...


Disaat selalu ada kamu, yang lagi senyum dan selalu support aku......
makasih ya mas chris ^_^

Mengecup Lembut lewat sebuah jawaban

Suatu hari seorang pengusaha kaya melangkahkan kakinya masuk pasar. Tentu saja para pedagang di sana bingung ketika melihat pria berpakaian rapi dan bersepatu mengkilap tersebut tak segan menapaki jalanan pasar yang becek. Ada apa gerangan? Apa yang dicari oleh pengusaha kaya tersebut sehingga ia rela memasuki pasar kumuh seperti itu?

Tak lama setelah menoleh ke sana ke mari, matanya tertuju pada sebuah lapak mungil dan kotor.

"Pak, saya mau beli singkongnya. Berapa 1 kilo?"

"Ehm...aahh...5 ribu..."

"Oke, saya ambil 1 kilo...tolong dibungkus ya pak."

Tanpa basa-basi, pengusaha tersebut mengeluarkan selembar uang 10 ribu dan menyodorkannya kepada si pedagang. "Ambil kembaliannya pak."

"Tapi, nanti bapak rugi. Uangnya kan lebih banyak.."

"Jika saya rugi, berarti bapak yang untung kan?"

"Terima kasih banyak pak."

Dari kisah di atas pasti timbul berbagai pertanyaan dalam benak kita. Mengapa pengusaha itu rela mencari singkong ke dalam pasar yang becek? Mengapa ia tak menyuruh ajudan atau pembantunya saja jika ia memang 'ngidam' singkong? Mengapa ia memberi lebih? Mengapa ini dan kenapa begitu?

Lepas dari semua pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dicari tahu jawabannya, ada sebuah pelajaran menarik dari kisah ini, yaitu jawaban si pengusaha. "Jika saya rugi, berarti bapak yang untung..." Pernahkah Anda memikirkan kalimat mendalam macam ini? Pengusaha itu jelas bisa membuat sang bapak berbesar hati saat menerima uang lebih, tanpa perlu merasa dirinya seperti pengemis atau orang yang patut dikasihani.

Tentu saja akhir kisahnya akan lain bila si pengusaha menjawab, "Ya saya beri lebih karena bapak kan jauh lebih miskin dari saya, maka wajar dong." Mungkin potongan singkong lain (atau sandal jepit) yang akan melayang ke kepala si pengusaha tersebut, jika seandainya ia menjawab sekasar itu.

Belajar dari kisah di atas, kita tahu bahwa setiap jawaban yang kita berikan pada lawan bicara menentukan reaksi selanjutnya. Akankah jawaban itu membuat seseorang marah atau sebaliknya, merasa terhibur? Setiap kita diberi lidah dan mulut dalam jumlah yang sama, namun tak semua menggunakannya dengan cara yang sama baiknya. Bagaimana dengan lidah Anda? Apakah jawaban yang Anda berikan mengecup lembut atau justru menampar harga diri orang lain? Reaksi selanjutnya di tangan Anda.

Karena Kamu Tulang Rusukku


Dada ini longar bila tanpa penyangga, dada ini akan terasa terhimpit bila tulang yang ada tak mampu mempu menopang desah nafas.
Itulah tulang rusuk, tulang rusuk suami ada pada istri dan istri sebagai penopang kehidupan suami.
Tak lantas beramarah bila rusuk itu kemudian susah untuk diluruskan, dan tak harus jenggah bila suami tak jua segera meluruskan.
Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti.
Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri

Karena Kamu Tulang Rusukku
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu,
bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat,
beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian.
Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera.
Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran,
Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,
“Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!” Tiba-tiba Dara menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah,
ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata,
Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.
“Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”
Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara.
Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula.
Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali,
Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya.
Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.
Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas,
mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah.
Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi,
Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara,
tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”